Barisan
489
post-template-default,single,single-post,postid-489,single-format-standard,theme-bridge,bridge-core-2.8.9,woocommerce-no-js,qode-page-transition-enabled,ajax_fade,page_not_loaded,,qode_grid_1300,qode_popup_menu_push_text_top,qode-content-sidebar-responsive,columns-4,qode-child-theme-ver-1.0.0,qode-theme-ver-29.1,qode-theme-bridge,disabled_footer_top,disabled_footer_bottom,wpb-js-composer js-comp-ver-6.7.0,vc_responsive,elementor-default,elementor-kit-1780

Barisan

Barisan

 

Dari Palestina hingga Suriah, dari Afrika Tengah hingga Myanmar, peradaban Islam tengah menghadapi cobaan berat. Di mana-mana orang menuduh Islam intoleran, namun pada saat yang bersamaan mereka justru tidak toleran terhadap umat Muslim. Jangankan membangun sistem — misalnya sistem yang bebas riba — sekedar menutup aurat dengan sempurna saja masih dipersulit di beberapa negeri. Kita pun seharusnya tidak lupa bahwa, pada masa yang belum begitu lama berlalu, di negeri kita pun berlaku hal yang sama. Bahkan sekarang pun, ketika orang marah mendengar Al-Qur’an dinista, muncullah tuduhan ‘politisasi agama’, ‘membahayakan kebhinnekaan’, bahkan ‘bibit radikalisme’. Umat Muslim bagai kue yang terhidang di meja makan. Ia tak bisa menolong dirinya sendiri ketika orang membagi-baginya sekehendak hati. Sebagian diambil oleh kelompok sekuler, meski dalam hatinya masih ada iman. Sebagian lagi tertambat dalam kehidupan yang serba hedonis, meski mereka masih juga beriman dan tak ada minat untuk murtad. Ada juga yang habis umur dan energinya untuk membela-bela orang lain yang telah memberinya makan, persis seperti singa yang jadi jinak karena disuapi terus. Ada pula yang dengan sukarela mencegah terjadinya persatuan, menerapkan syarat ‘terlalu tinggi’ untuk ukhuwwah, dan pada akhirnya terus berpecah-belah.

Dunia yang kaulihat kini mungkin tengah menatap akhir jaman. Umat Muslim menghadapi ujian terakhirnya yang paling berat. Penderitaan terjadi di mana-mana, dan mereka adalah saudara-saudaramu. Ayah mereka adalah ayahmu, ibu mereka adalah ibumu, dan anak-anak mereka adalah anak-anakmu. Adakah sejenak kau luangkan waktu untuk memikirkan mereka; tangan-tangan yang tak sempat kaujabat, tubuh-tubuh yang tak sempat kaudekap, dan nama-nama yang tak sempat kaukenal? Adakah kaukenang mereka dalam doamu? Adakah setetes air mata kerinduan untuk mereka?

Belumkah tiba masanya untuk kita bergandengan tangan? Janji Allah pasti akan ditunaikan, dengan atau tanpamu. Kembalilah ke dalam barisan!

No Comments

Post A Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.