04 May Lima Buku
assalaamu’alaikum wr. wb.
Sabtu, 29 April yang lalu, saya diundang oleh komunitas Read and Eat Society ke tempat nongkrong andalan mereka, Balaikopi Jogokariyan, Yogyakarta. Balaikopi, kedai mungil yang tak seberapa jauh dari Masjid Jogokariyan yang legendaris itu, memang secara rutin menjadi tempat diselenggarakannya diskusi di antara penulis dan penikmat buku. Kali ini, saya berkesempatan menjelaskan beberapa hal tentang buku saya, Islam Liberal: Ideologi Delusional.
Ada sebuah pertanyaan menarik yang mengemuka dalam sesi tanya-jawab, yang nampaknya merupakan sebuah pertanyaan ‘wajib’ untuk setiap narasumber dalam diskusi komunitas yang satu ini. Pertanyaan (atau lebih tepatnya instruksi) tersebut adalah: “Sebutkan lima judul buku yang mengubah hidup Anda!” Saya akan berbagi jawaban saya di sini, barangkali saja bermanfaat dan menginspirasi orang lain.
Buku pertama dalam daftar saya adalah Islam Liberal: Sejarah, Konsepsi, Penyimpangan dan Jawabannya. Buku yang ditulis oleh kakak-beradik Ustadz Adian Husaini dan Ustadz Nuim Hidayat ini adalah buku pertama yang berhasil menarik perhatian saya akan keberadaan Islam liberal dan pemikirannya. Saya membeli sebuah kopi buku ini di salah satu gerai buku di Jl. Gelapnyawang, di dekat Masjid Salman ITB. Satu-satunya yang menggerakkan saya untuk membelinya adalah keheranan saya pada istilah ‘Islam liberal’ itu sendiri. Frase itu benar-benar barang baru bagi saya, yang saat itu belum lama menempuh pendidikan S1 di ITB. Kini, saya sudah menulis beberapa buku yang berhubungan dengan Islam liberal, dan Ustadz Adian adalah salah seorang dosen pembimbing saya saat menyelesaikan tesis S2.
Buku kedua adalah buku Sirah Nabawiyah yang ditulis oleh Syaikh Shafiyyur-Rahman al-Mubarakfury. Buku ini sudah dicetak entah berapa kali oleh entah berapa penerbit di Indonesia. Saya membeli buku ini sebagai buku sirah nabawiyah pertama saya, dan awalnya saya tertarik hanya karena ia merupakan karya pemenang sebuah sayembara kepenulisan di Saudi Arabia. Belakangan, ketika berkecimpung bersama komunitas pecinta sirah yang menyebut dirinya Sirah Community Indonesia (SCI), saya menemukan buku ini sebagai salah satu bacaan yang memang direkomendasikan oleh Ustadz Asep Sobari, sang pendiri SCI sendiri. Jadi, rupanya, saya memang tidak salah pilih. Oya, setahu saya ada penerbit di Indonesia yang menerbitkan buku ini dengan judul aslinya, yaitu Ar-Rahiq Al-Makhtum.
Buku lainnya yang membuat saya terkagum-kagum dengan sistematika pembahasannya adalah Manhaj Haraki karya Syaikh Munir Muhammad al-Ghadhban. Buku ini adalah ‘buku wajibnya’ para aktivis dakwah Islam, sebab ia menawarkan analisis yang sangat mendalam dari sirah nabawiyah. Buku ini juga sempat saya bedah secara serius ketika mendapatkan tugas untuk membahas tahapan tarbiyah yang Allah SWT berikan kepada para sahabat sejak turunnya Surah Al-Muzzammil hingga meletusnya Perang Badar.
Di posisi berikutnya, ada dua buku karya Syaikh Yusuf al-Qaradhawi yang sama-sama berpengaruh dan terlalu sulit bagi saya untuk memilih satu di antaranya. Keduanya adalah Fiqih Prioritas dan Kenanganku Bersama Al-Ikhwan Al-Muslimun. Buku pertama menawarkan pandangan baru (setidaknya baru bagi saya) terhadap fiqih, sedangkan yang kedua teramat istimewa karena sifatnya sangat pribadi, dituliskan berdasarkan pengalaman yang intim dalam perjuangan bersama Al-Ikhwan.
Buku terakhir yang juga mengubah hidup saya adalah Ghirah dan Tantangan Terhadap Islam karya Buya Hamka. Karena mengerjakan tesis seputar pemikiran Buya Hamka, sudah barang tentu saya berkenalan dengan banyak karya beliau. Beberapa bukunya seperti Tasauf Modern dan Pelajaran Agama Islam membuat saya kagum dengan lautan ilmu yang dikuasainya. Meski demikian, yang paling memikat hati justru sebuah buku tipis yang saya temukan secara ‘tidak sengaja’ saat menuntaskan tesis di perpustakaan kampus UIN Sunan Ampel, Surabaya, bertahun-tahun silam. Buku ini bukan hanya berisikan ilmu, namun juga penuh dengan gelora hasrat yang sangat sepadan dengan judul yang dicantumkan oleh penulisnya. Buku ini benar-benar membuat kita mengerti akan makna ghirah yang sesungguhnya.
Ketika saya menemukan buku ini, saya sangat bersedih karena banyak yang tidak mengenal karya ini. Alhamdulillaah, belakangan ini, ada sebuah penerbit buku keislaman besar yang berinisiatif menerbitkan lagi karya-karya Buya Hamka, salah satunya adalah buku ini.
Nah, itulah buku-buku yang telah mengubah hidup saya. Bagaimana dengan Anda? 🙂
wassalaamu’alaikum wr. wb.
No Comments